Kamis, 29 Oktober 2009

MEROKOKLAH DENGAN PENUH KESADARAN

Merokok adalah kebiasaan yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, fatwa haram merokokpun menjadi kontroversi. Terlepas dari kontroversi tersebut marilah kita merenungkan sejenak tentang merokok.

Merokok mungkin menjadi kenikmatan tersendiri bagi seseorang biarpun seseorang tersebut telah mengetahui kandungan racun dalam rokok. Sebagai seorang muslim seharusnya dapat menghindari hal-hal yang merugikan diri sendiri, seperti firman Allah :

"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195)

Selain merugikan diri sendiri merokok juga menyia-nyiakan harta. Rasulullah melarang menyia-nyiakan harta. Makna menyia-nyiakan harta adalah mengalokasikan harta kepada hal-hal yg tidak bermanfaat.

Asap rokokpun dapat merugikan orang lain yang tanpa sengaja ikut menghirup asap tersebut. Rasulullah saw. bersabda,

"Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).

Jadi, menimbulkan bahaya (dharar) adalah ditiadakan (tidak berlaku) dalam syari'at, baik bahayanya terhadap badan, akal, ataupun harta. Sebagaimana dimaklumi pula bahwa merokok adalah berbahaya terhadap badan dan harta.

Yang terpenting dari itu semua adalah tentang kenyamaan orang lain, jadi jangan merokok di tempat umum, jangan sampai asap rokok itu mengganggu orang lain. Janganlah menjadi perokok yang egois, dan merokoklah dengan penuh kesadaran.



Rokok Sumbang 90 Kematian Balita /Hari
(sumber: Kedaulatan Rakyat, 30 Oktober 2009 Hal 2)

Konsumsi rokok ternyata menempati urutan tertinggi kedua bagi keluarga miskin di Indonesia yang angkanya mencapai 11,9%. Pengeluaran untuk rokok bagi keluarga miskin jauh lebih besar dari pada untuk membayar listrik atau bahkan sampai 17 kali untuk pengeluaran membeli daging, 15 kali untuk pengeluaran biaya kesehatan. Bahkan dengan kematian balita mencapai 162 ribu pertahun menurut Unicef 2006, maka konsumsi rokok pada keluarga miskin menyumbang hampir 90 kematian balita perhari. Karena perilaku merokok pada rumah tangga, berhubungan secara bermakna dengan gizi buruk. Pasalnya terlebih bagi keluarga miskin belanja rokok telah menggeser terutama makanan bergizi yang esensial untuk tumbuh kembang balita.

Hal tersebut diungkap Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi (LD-FE) UI Dr Sonny Harry B Harmadi dan Anggota Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi SH dalam workshop Pencapaian MDGs dab Pengendalian Konsumsi Rokok di Hotel Santika, Rabu (28/10).

Sonny juga mengemukakan, hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Depkes tahun 2007 menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Indonesia menghisap rokok 12 batang perhari atau 360 batang perbulan di tahun 2007. Jumlah ini menurutnya meningkat 9% dibanding tahun 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar